Kamis, 28 Juni 2012

HUBUNGAN ANTARA SEBELUM DAN SETELAH MENGIKUTI SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA


ABSTRAK
Latar Belakang: Asma adalah penyakit pernapasan, tidak sangat kompleks tetapi juga aneka yang biasanya terkait dengan karakteristik dari gen dan lingkungan. Asma adalah utama faktor dalam meningkatkan ketidakhadiran dan menurunkan produktivitas sehingga mempengaruhi pertumbuhan sufferes sebagai kemakmuran tingkat sosial keluarga. Asma penderita asma atau orang-orang akan memiliki masalah pernapasan dan kemampuan malfunctional, kegiatan harian, kegiatan produktif dan rekreasi. Masalah pernapasan biasanya dapat disembuhkan, tapi postur penderita asma orang akan berubah dan kemudian adalah spasme otot pernapasan, akan menyebabkan sistem yang salah respirasi. Situasi ini akan cenderung panik setiap kali penderita serangan asma. Ini dapat solued dengan memiliki rehabilitasi medis, latihan teraphi yang biasanya disebut asma senam (pra dan pasca) dan frekuensi relaps dari asma.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional dan pendekatan cross sectional. Itu populasi adalah pasien Rumah Sakit Semarang pada tahun 2003 dan ada 80 orang atau sampel. Sampel ini diambil menggunakan sumpling acak disengaja, yang bergabung dengan senam dan mereka yang clid tidak juga. Para werw tanggal diambil melalui wawancara dengan responden. Hasil: Uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan tertutup antara asma senam (pra dan pasca) dan frekuensi asma kambuh (p = 0,001), dengan kontingensi koefisien 0.648. untuk pengobatan analiyst meyakinkan ini t-test pada tingkat signifikansi 5%, hasil menunjukkan bahwa ada hubungan tertutup antara asma dan senam frekuensi kekambuhan asma (p = 0,001). Ini berarti bahwa hubungan antara keteraturan senam dan frekuensi kekambuhan asma, chi-square menunjukkan bahwa uji di ada hubungan tertutup antara asma dan frekuensi senam asma kambuh (p = 0,037), dengan koefisien kontingensi adalah rendah (0.376). Kata kunci: latihan asma, frekuensi serangan.


Latar Belakang
Serangan asma masih merupakan penyebab utama tidak masuk sekolah pada anak, sehingga berakibat menurunnya prestasi belajar. Masa yang seharusnya masa bersuka ria dan bermain,namun sering tidak dapat dinikmati dengan baik,bahkan sebagian dari mereka harus tinggal di rumah sakit. Asma pada orang dewasa membawa masalah tersendiri, yaitu pada ibu rumah tangga menyebabkan tidak dapat melakukan tugas/perannya dengan baik, sedang pada pekerja dapat meningkatkan angka absensi sehingga berakibat menurunnya produktivitas. Hal tersebut berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik atau gangguan tumbuh kembang terutama pada anak dan dapat menurunkan tingkat social ekonomi pada rumah tangga. Penyempitan saluran nafas umumnya dapat diobati, akan tetapi postur ubuh yang berubah,otot-otot pernafasan yang menegang,pola bernafas yang salah serta kecenderungan untuk panik saat serangan datang hanya dapat diatasi dengan rehabilitasi medik berupa terapi latihan (therapeutic exer). Untuk mendapatkan manfaat optimal dari latihan pada penyandang asma,maka latihan fisikyang diberikan harus mudah dilaksanakan tanpa menimbulkan efek samping. Terapi latihan untuk penyandang asma tersebut dirangkai dalam satu paket senam yang dikenal dengan senam asma. Selama ini masih terdapat keraguan dalam masyarakat mengenai latihan fisik (kegiatan jasmani) bagi penyandang asma sebab latihan fisik atau kegitan jasmani kadang justru dapat mencetuskan serangan asma yang dikenal dengan istilah Exercise Induced Asthma(EIA). Meskipun latihan fisik/kegiatan jasmani dapat menimbulkan serangan asma, hal ini tidak boleh menjadi penghalang bagi penderita asma untuk tetap melakukan latihan fisik/ kegiatan jasmani. Untuk itu perlu masukan dan bahkan perubahan persepsi bagi masyarakat luas dan bagi penyandang asma itu sendiri bahwa peranan latihan fisik/kegiatan jasmani bagi penyandang asma juga penting artinya. Senam asma juga berguna untuk mempertahankan dan atau memulihkan kesehatan. Senam asma yang dilakukan secara teratur akan menaikkan volume oksigen maksimal, selain itu dapat memperkuat otot-otot pernafasan sehingga daya kerja otot jantung dan otot lainnya jadi lebih baik.


Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sebelum dan setelah mengikuti senam asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma.

Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian observasional yang bersifat analitik. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dimana data dari variabel-variabel yang diteliti diambil dalam waktu yang bersamaan.

Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah pasien asma rawat jalan di RSUD Kota Semarang pada tahun 2004 sebanyak 385 orang. Sampel diambil secara accidental random sampling.

Teknik Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpul data yaitu kuesioner. Sedangkan sumber data menggunakan dua data yaitu : Data Primer, yang diperoleh melalui hasil wawancara langsung pada responden dan dengan menggunakan kuesioner meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, frekuensi kambuh penyakit asma dan lain-lain; dan data sekunder, yang diperoleh dari rekam medik RSUD Kota Semarang, serta studi dokumentasi di beberapa laporan dan buku yang terkait dengan penelitian ini.

Teknik Analisa Data
Sebelum dilakukan pengolahan data terlebih dahulu dilakukan proses pengolahan data : editing, koding, entry data, dan tabulasi data.Teknik analisa data yang dilaksanakan ada dua yaitu : Pertama. Deskriptif, yang dilakukan untuk mendiskripsikan setiap variabel penelitian dengan cara membuat table distribusi frekuensi. Kedua. Analitik, yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara senam asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma digunakakan uji statistik chi square (X2). Sedangkan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara senam asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma dipergunakan rumus koefisien kontingensi (C).

Sumber: http://skripsistikes.wordpress.com/kumpulan-jurnal-kesehatan/